Makalah Tafsir
RAHASIA DIBALIK SILATURAHMI
(Q.S An Nisa :1 kaitannya dengan
Q.S Al Anfal : 75, Q.S Ar Ra’d : 21 dan 25)
Oleh:
ANDI FADHILAH A.NATSIR
022.03.29.2011
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. H. M. Ghalib, MA
Dr. H. Muh. Thahir Bandu, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan Salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu alaihi Wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “SILATURRAHIM”, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri. Untuk itu saran dan kritik yang membngun penulis harapkan untuk menjadi pelajaran dalam pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI
SAMPUL ……………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR.…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI.…………………………………………………………… iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………. 1
II. PEMBAHASAN
A. Kajian Surah …………..………………………………….... 2
B. Asbabun Nuzul …………………………………………..… 3
C. Makna Mufrodat (QS. An Nisa :1) ………………………… 4
D. Pandangan Ulama Tafsir Tentang Silaturrahim …………… 5
E. Keutamaan Silaturrahim …………………………………… 7
F. Ancaman Bagi Orang yang Memutuskan Silaturrahim ……. 10
G. Hikmah Tasyri’ …………………………………………….. 12
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ….....………………………………………. 13
B. Saran ………………………………...………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Silaturahmi merupakan suatu ibadah yang nampaknya mudah dilakukan namun banyak juga yang mengabaikannya. Sebuah istilah yang sangat menarik dibahas karena begitu banyak manusia yang enggan menjalin hubungan silaturahmi dengan kerabatnya, dengan melihat berbagai perbedaan yang ada baik dari segi agama, suku, warna kulit, status sosial, dan lain sebagainya. Padahal banyak rahasia dibalik ibadah yang satu ini, janji-janji indah Allah bagi yang menjalin dan memeliharanya serta ancaman keras bagi yang memutuskannya.
Penulis memilih judul silaturahmi ini berangkat dari keterkaitan antara ayat-ayat kajian yakni QS. An Nisa : 1, QS Al Anfal : 75, QS Al Ra’d : 21 dan 25, dimana ayat-ayat tersebut menyinggung masalah hubungan kekerabatan atau silaturahmi baik anjuran melaksanakannya maupun ancaman memutuskannya. Adapun yang akan dibahas lebih dalam yakni QS.An Nisa : 1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan silaturahmi ?
2. Apa rahasia dibalik silaturahmi ?
II
PEMBAHASAN
A. Kajian Surah
1. QS. An Nisa : 1
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u ÇÊÈ
Terjemahannya :
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan (silaturrahim). . Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”[1]
2. QS. Al Anfaal : 75
tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä -ÆÏB ß÷èt/ (#rãy_$ydur (#rßyg»y_ur öNä3yètB y7Í´¯»s9'ré'sù óOä3ZÏB 4 (#qä9'ré&ur ÏQ%tnöF{$# öNåkÝÕ÷èt/ 4n<÷rr& <Ù÷èt7Î/ Îû É=»tFÏ. «!$# 3 ¨bÎ) ©!$# Èe@ä3Î/ >äóÓx« 7LìÎ=tæ ÇÐÎÈ
Terjemahannya :
“Dan orang-orang yang beriman setelah itu kemudian berhijrah serta berjihad di jalan Allah, maka mereka termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.[2]
3. QS. Ar Ra’d : 21 dan 25
tûïÏ%©!$#uÉr tbqè=ÅÁt !$tB ttBr& ª!$# ÿ¾ÏmÎ/ br& @|¹qã cöqt±øsur öNåk®5u tbqèù$ssur uäþqß >$|¡Ïtø:$# ÇËÊÈ
Terjemahannya :
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”[3]
tûïÏ%©!$#ur tbqàÒà)Zt yôgtã «!$# .`ÏB Ï÷èt/ ¾ÏmÉ)»sVÏB cqãèsÜø)tur !$tB ttBr& ª!$# ÿ¾ÏmÎ/ br& @|¹qã tbrßÅ¡øÿãur Îû ÇÚöF{$# y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 èpoY÷è¯=9$# öNçlm;ur âäþqß Í#¤$!$# ÇËÎÈ
Terjemahnya :
“Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi ; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediman yang buruk (Jahannam).”[4]
B. Sebab Nuzul
QS.An Nisa : 1 serta QS. Ar Ra’d : 21 dan 25 tidak memiliki sebab nuzul. Adapun yang memiliki sebab nuzul ialah QS.Al Anfaal : 75, yakni :
Pada suatu waktu seorang muslim telah mengadakan perjanjian saling mewarisi harta kekayaan yang dimiliki. Peristiwa ini telah melatarbelakangi turunnya ayat yang ke-75 yang secara tegas menerangkan bahwa harta warisan lebih baik diberikan kepada sanak kerabat sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan dalam kitabullah. Dan tidak diberikan kepada orang-orang lain yang diangkat sebagai saudara. (H.R. Ibnu Jarir dari Ibnu Zubair)[5]
Berdasarkan sebab nuzul tersebut maka jelaslah bahwa kerabat lebih didahulukan baru orang lain, termasuk dalam pembagian warisan.
C. Makna Mufrodat (Q.S An Nisa ayat : 1)
â¨$¨Z9$pkr'¯»t (Hai Manusia) penduduk Mekkah - ãNä3/u (#qà)®?$# (bertakwalah kamu kepada Tuhanmu) artinya takutilah siksa-Nya dengan jalan menaati-Nya - ;oyÏnºur <§øÿ¯R `ÏiB/ä3s)n=s{ Ï%©!$# - (yang telah menciptakan dari satu diri) yakni Adam - $ygy_÷ry $pk÷]ÏB t,n=yzur (dan menciptakan daripadanya istrinya) yaitu Hawa -dibaca panjang- dari salah satu tulang rusuknya yang kiri - £]t/ur (lalu mengembangbiakkan) menyebarluaskan - $uKåk÷]ÏB (dari kedua mereka itu) dari Adam dan Hawa - [ä!$|¡ÎSur #ZÏWx. Zw%y`Í (dan bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta) terdapa idgham “ta” pada “sin” sedangkan menurut satu qiraat dengan takhfif yaitu membuangnya hingga menjadi “tas-aluna” - mÎ/ (dengan nama-Nya) yang sebagian kamu mengatakan kepada sebagian lainnya :”Saya meminta kepadamu dengan nama Allah - ur (dan) jagala pula - P%tnöF{$#u (hubungan silaturahmi ) jangan sampai terputus. Menurut satu qiraat dibaca dengan kashrah diathafkan kepada dhamir yang terdapat pada “bihi”. Mereka juga biasa saling menyanjung melalui silaturahmi – (sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu ) menjaga perbuatanmu dan member balasan terhadapnya. Maka sifat mengawasi itu selalu melekat dan terdapat pada Allah ta’ala.[6]
D. Pandangan Para Ulama Tafsir Tentang Silaturrahim
Silaturahmi berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata صِلَةٌ dan الرَّحِمُ . Kata صِلَةٌ adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata وَصَلَ- يَصِلُ, yang berarti sampai, menyambung. Ar-Raghib Al-Asfahani berkata: “وَصَلَ – الْاِتِّصَالُ yaitu menyatunya beberapa hal, sebagian dengan yang lain.”(Al Mufradat fi Gharibil Qur’an, h.525)[7]
Dalam tafsir Al Maraghi yang diterjemahkan oleh Ahmad Mushtofha Al Maraghi disebutkan bahwa P%tnöF{$# – Al Arham : mereka khawatir tersia-sia (terputusnya) hubungan rahim (persaudaraan).[8]
Adapun kata الرَّحِمُ, Ibnu Manzhur berkata: “ الرَّحِمُ ” adalah hubungan kekerabatan, yang asalnya adalah tempat tumbuhnya janin di dalam perut.”(Lisanul Arab)[9]
Sedangkan secara terminologi, Imam Nawawi memberi batasan, “Shilaturrahim artinya berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi yang menyambung maupun yang disambung. Kadang kala dengan harta benda, pelayanan, kunjungan, salam, dan lain-lain.”[10]
Menurut Quraisy Syihab dalam Tafsir Al Misbah, kata (P%tnöF{$# ) al-arham adalah bentuk jamak dari rahim, yaitu tempat peranakan. Disanalah benih anak tinggal, tumbuh dan lahir, selanjutnya berkembang biak. Rahim adalah yang menghubungkan seseorang dengan lainnya, bahmakn melalui rahim terjadi persamaan sifat, fisik dan psikis yang tidak dapat diingkari. Kalaupun persamaan itu tidak banyak, tetapi ia pasti ada. Rahim ibu yang mengandung sperma bapak dan indung telur ibu dapat membawa gen dari nenek dan kakeknya yang dekat atau yang jauh. Betapapun, dengan rahim telah terjalin hubungan yang erat antar manusia. Karena itu Allah mengancam siapa yang memutuskan dan menjanjikan keberkatan dan usia yang panjang bagi siapa yang memeliharanya.[11]
Di sisi lain dengan jalinan rahim seseorang akan merasa sangat dekat, sehingga atas namanya seseorang saling bantu dan tolong menolong.[12]
Bacaan populer dari kata (P%tnöF{$# ) al arham adalah “fathah” al arhama sehingga ia dipahami sebagai bagian yang mengikuti (ma’thuf) dari objek taqwa. Yakni bertakwalah kepada Allah dan al-arham. Sebagaimana diketahui, kata takwa dari segi bahasa berarti “memelihara”. Bertakwa kepada Allah berarti memelihara dari siksa-Nya akibat pelanggaran atas perintah-Nya dan bertakwa dalam kaitannya dengan al-arham adalah memeliharanya agar tidak putus akibat perlakuan yang tidak wajar.[13]
Sementara dalam tafsir Al Maraghi yang diterjemahkan oleh Ahmad Mushtofha Al Maraghi disebutkan bahwa :
(النساء : ١) tP%tnöF{$#ur ¾ÏmÎ/ tbqä9uä!$|¡s? Ï%©!$# ©!$# (#qà)¨?$#ur
Bertakwalah kalian kepada Allah yang kalian agungkan dan kalian saling meminta antar sesama dengan memakai asma Allah dan hak-Nya atas hamba-hamba-Nya disamping dengan kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki-Nya, ingatlah baik-baik hak-hak silaturahim atas kalian, jangan sampai kalian menyia-nyiakannya sebab apabila kalian berbuat demikian, berarti kalian telah merusak hubungan kekeluargan dan persaudaraan.[14]
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan dengan rasa kasih sayang kepada kerabat yang masih memiliki hubungan nasab ( sedarah ), dimana pelaksanaannya merupakan perintah dan pemutusannya mendapatkan ancaman dari Allah swt.
E. Rahasia Silaturahmi
Silaturahmi merupakan kata yang sangat populer namun sering terabaikan dalam aktualisasinya. Dia merupakan gabungan dari dua kata, silah dan rahim. Silah artinya hubungan, sedangkan rahim adalah peranakan. Menggambarkan satu tempat yang sangat kokoh, yang diciptakan Allah khusus untuk kaum wanita, tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa kualitas silaturrahmi dan upaya menjaga kontinuitasnya harus seperti intimnya hubungan seorang ibu dengan anaknya.[15]
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. Mudahnya alat transportasi dan komunikasi saat ini seharusnya dapat menambah semangat kaum muslimin untuk bersilaturahmi karena silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar umat manusia.
Untuk itu dalam firman-Nya di QS.An Nisa : 1, Allah Swt menganjurkan kepada manusia untuk menjalin, menyambung, dan memelihara hubungan silaturahmi.
(النساء : ١) tP%tnöF{$#ur ¾ÏmÎ/ tbqä9uä!$|¡s? Ï%©!$# ©!$# (#qà)¨?$#ur
“Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim”(QS an-Nisa’ [4]: 1).[16]
Perintah yang serupa juga terdapat dalam Ar Ra’d : 21, yakni :
tûïÏ%©!$#ur tbqè=ÅÁt !$tB ttBr& ª!$# ÿ¾ÏmÎ/ br& @|¹qã cöqt±øsur öNåk®5u tbqèù$ssur uäþqß É>$|¡Ïtø:$# ÇËÊÈ
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturahim), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”[17]
Anjuran untuk menjalin, menjaga, serta memelihara silaturahmi itu sendiri tidak lain karena dibalik silaturahmi itu ada rahasia dimana Allah menjanjikan kenikmatan bagi hambanya yang menjalankan serta menjanjikan keburukan bagi hambanya yang memutuskan.
Adapun rahasia silaturahmi itu terungkap dalam keutamaan silaturahmi itu sendiri, antara lain :
1. Silaturahim merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya
dari Abu Hurairah ia berkata, 'Rasulullah saw bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim, …"[18]
2. Silaturahmi menyebabkan adanya hubungan Allah swt bagi orang yang menyambungnya.
3. Silaturahim merupakan penyebab luasnya rezeki dan panjangnya umur
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa suka diberi keluasan dalam rizkynya dan diakhirkan ajalnya maka sambunglah sanak saudaranya. (hubungan silaturrahim)."[19]
4. Silaturahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk surga :
dari Abu Ayyub al-Anshori , sesungguhnya seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga” Maka Nabi bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Jika engkau menyembah Allah dan tidak memusyrikkannya dengan sesuatu, kamu menjalankan shalat,dan kamu membayar zakat, dan menyambung sanak-famili (tali silaturrahim.)"[20]
5. Silaturahmi merupakan ketaatan kepada Allah swt dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada Rabb-Nya, sehingga ia menyambung tali silaturahmi ketika Allah swt menyuruh untuk disambung. Sebagaimana firmannya dalam QS. Ar Ra’d: 21
Rahasia lainnya dibalik silaturahmi itu sendiri ialah ancaman Allah bagi yang memutuskan silaturahmi. Memutuskan tali silaturahmi merupakan dosa besar dimana Allah memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai siksaan dan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun ancaman-ancaman bagi orang yang memutuskan silaturahim yaitu antara lain :
1. Laknat Allah dan tempat kembali yang buruk (neraka) bagi yang memutus tali silaturahmi. Allah mengatakan dalam surat Ar-Ra’d ayat 25:
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw sebagaimana dalam hadits dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im, bahwa beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk surga, orang yang memutus. (Hubungan sanak famili)”[21]
2. Dijadikan buta dan tuli.
Allah swt berfirman:
ö@ygsù óOçFø|¡tã bÎ) ÷Läêø©9uqs? br& (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqãèÏeÜs)è?ur öNä3tB$ymör& ÇËËÈ y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# ãNßgoYyès9 ª!$# ö/àS£J|¹r'sù #yJôãr&ur öNèdt»|Áö/r& ÇËÌÈ
Terjemahannya :
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Muhammad: 22-23)
3. Akan terputus hubungannya dengan Allah Swt
Dari Aisyah r.a katanya Rasulullah saw bersabda:
اَلرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُوْلُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
Artinya :
"Rahim (kasih sayang) itu tergantung di Arays. Seraya berkata: Siapa yang menghubungkanku menghubungi pula Allah akan dia dan siapa yang memutusku, memutusi pula Allah akan dia."[22]
Maka orang yang memutuskan tali silaturahmi terputus dari Allah. Dan siapa yang memutuskan hubungan dengan Allah, jangan berharap kebaikan datang padanya, dan jangan pula berharap bahwa ia akan aman dari keburukan selama ia masih memutuskan tali silaturrahim.
4. Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akhirat.
Karena salah satu tanda keimanan seseorang adalah senantiasa meghubungkan silaturahmi.
F. Hikmah Tasyri’
Silaturahmi itu amat penting, namun fenomena pemutusan tali silaturrahim kerap kali terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi informasi saat ini. Saling mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang memprihatinkan.
Tali kekerabatan harusnya selalu rapat dan erat. Dan agar keharmonisan hubungan tetap terjaga, maka segala faktor yang dapat merenggangkan bahkan memutuskan hubungan silaturahim ini harus dikikis dan diantisipasi dengan cepat. Bentuk silaturahmi bukan hanya bersalaman dan saling mengunjungi tiap pulang kampung, melainkan ikatan kasih sayang kepada siapa saja terutama kepada orang tua dan kerabat. Apalah artinya peluk cium pipi jika hati tidak menaruh sayang, sekalipun orang yang dicintai telah tiada atau berada di tempat jauh, silaturahmi pun bisa tetap berlanjut dengan do'a yang ikhlas.
Ketidakpedulian terhadap hubungan kekerabatan akan dapat menimbulkan dampak negatif yakni renggangnya bahkan putusnya tali silaturahim itu sendiri. Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa dampak pemutusan tali silaturahmi salah satunya adalah mengundang ancaman dari Allah swt, sebaliknya orang yang menyambung dan memelihara silaturahim itu sendiri akan memperoleh rahmat Allah, dilapangkan rezekinya, dipanjangkan umurnya, dan dijaga dari api neraka. Untuk itu sambunglah silaturahim dan peliharalah dengan sebaik-baiknya.
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan dengan rasa kasih sayang kepada kerabat yang masih memiliki hubungan nasab (sedarah), dimana pelaksanaannya merupakan perintah dan pemutusannya mendapatkan ancaman dari Allah swt.
2. Dibalik ibadah silaturahmi ternyata ada rahasia, dimana rahasia ini bisa sangat menggembirakan bagi yang melaksanakannya dan membuat orang takut bila memutuskannya. Adapu rahasia itu terungkap dalam keutamaan silaturahmi itu sendiri serta ancaman Allah swt bagi yang memutuskan tali silaturahmi.
a. Keutamaan silaturahmi antara lain : merupakan konsekuensi iman dan tanda-tandanya, menyebabkan adanya hubungan Allah Swt bagi orang yang menyambungnya, penyebab luasnya rezeki dan panjangnya umur, salah satu penyebab utama masuk surga, dan merupakan ketaatan kepada Allah swt.
b. Ancaman Allah bagi orang yang memutuskan silaturahmi antara lain : memperoleh laknat Allah dan tempat kembali yang buruk (neraka), dijadikan buta dan tuli, akan terputus hubungannya dengan Allah Swt, dan tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhirat.
B. Saran
Untuk menghindari ancaman-ancaman Allah swt yang dilayangkannya kepada hambanya yang memutuskan silaturahmi, maka hendaknya kita menyambung dan memelihara silaturahmi itu dan jangan sampai putus karena banyak keutamaan yang diperoleh dengan menjaganya. Semoga Allah melindungi kita dari berbagai penyebab putusnya silaturahim seperti lemahnya taqwa, kesombongan hati, dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan silaturahmi kita bisa saling memahami karakter masing-masing, sehingga hubungan kekerabatan maupun persaudaraan semakin erat dan langgeng.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI.2006.Al Qur’an dan Terjemahannya.Jakarta : CV. Pustaka Agung Harapan
Agus, Handi.2010.Kajian Surah An Nisa Ayat 1.(online).( http://moeslemmuda.blogspot.com/2010/04/kajian-ayat-surat-nisa-ayat-1.html, diakses 15 November 2011
Al Mahali, Imam Jalaluddin & Imam Jalaluddin As Suyuthi.1997.Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul.Bandung : Sinar Baru Algensindo
Al Maraghi, Ahmad Mushtofa.1993.Terjemah Tafsir Al Maraghi.Semarang : CV.Toha Putra
Daud, Ma’mur.1993.Terjemahan Hadis Shahih Muslim.Jakarta : Widjaya
Jauhari, Abu ‘Awanah.2011.Silaturahim Keindahan Akhlak Islam.(online).(http://www.asysyariah.com/syariah/tafsir/307-silahturahim-keindahan-akhlak-islam-tafsir-edisi-44.html, di akses 15 November 2011)
Mahali, Mudjab.2002. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al Qur’an.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Shihab, Quraish.2002.Tafsir Al Misbah Pesan,Kesan, dan Keserasian Al Qur’an.Jakarta : Lentera hati
Sunarto, Ahmad dkk.1993.Terjemah Shahih Bukhari.Semarang : CV. Asy Syifa’
[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h.99
[5]A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al Qur’an, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h.441
[6]Imam Jalaluddin Al Mahali, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul, jilid 1, cet.v, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1997), h.322-323
[7](http://www.asysyariah.com/syariah/tafsir/307-silahturahim-keindahan-akhlak-islam-tafsir-edisi-44.html)
[8] Ahmad Mushtafha Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi, Juz IV, (Semarang : CV.Toha Putra, 1993), h.313
[9]Ibid.,
[11]M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan,Kesan, dan Keserasian Al Qur’an, Vol 2, (Jakarta : Lentera hati,2002), h.318
[12]Ibid.,
[13]Ibid.,
[14]Ahmad Mushtafha Al Maraghi, Op.cit., h.314
[16] Departemen Agama RI,Op.Cit.,h.99
[20]Ahmad Sunarto,dkk., Terjemah Shahih Bukhari, Jilid VIII, (Semarang : CV. Asy Syifa’, 1993), h.13
[21]Ahmad Sunarto,dkk., Op.Cit.,h.13
[22]Ma’mur Daud, Op.Cit.,h.202